Saturday, September 15, 2012

laporan praktikum ternak Unggas


Laporan Praktikum

MANAJEMAN TERNAK UNGGAS








Kelompok  5




JURUSAN PETERNAKAN
FAKULTAS PERTANIAN – UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM – BANDA ACEH
2008






BAB I

PENDAHULUAN


1. Latar Belakang
Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk diambil telurnya. Asal mula ayam unggas adalah berasal dari ayam hutan dan itik liar yang ditangkap dan dipelihara serta dapat bertelur cukup banyak. Tahun demi tahun ayam hutan dari wilayah dunia diseleksi secara ketat oleh para pakar. Arah seleksi ditujukan pada produksi yang banyak, karena ayam hutan tadi dapat diambil telur dan dagingnya maka arah dari produksi yang banyak dalam seleksi tadi mulai spesifik. Ayam yang terseleksi untuk tujuan produksi daging dikenal dengan ayam broiler, sedangkan untuk produksi telur dikenal dengan ayam petelur.
            Salah satu tujuan pembangunan sector peternakan adalah untuk meningkatan produksi, kwalitas ternaka dan hasil-hasil ikutannya sehingga dapat memenuhi kecukupan permintaan dala ngeri dan menunang upaya menuju swasembada daging dan telur. Permintaan akan protein hewani semakin lama semakin meningkat, seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, keadaan ekonomi masyarakat yang membaik dan kesadarran masyarakat akan pentingnya gizi bagi keluarga. Tekait dengan tujuan tersebut maka salah satu usaha peternakan yang sangat potensi yaitu unggas khususnya ayam temasuk ayam buras ( ayam kampung dan ayam arab).        
            Secara genetic beberapa jenis ayam dapat digolongkan sebagai ayam petelur produktif separti halnya dengan ayam arab. Namun, keungguan itu harus diimbangi dengan perlakuan pemeliharaan secara intensif sejak pebesar DOC hingga masa produksi dan menajemen breeding yang terarah. Disamping itu menajemen pemeliharaan akan sangat menentukan dan mendukung munculnya keunggulan genetic sehingga dapat menghasikan induk-induk produktif secara maksimal.
 2. Tujuan
            Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui cara beternak ayam petelur, pertambahan berat badan, konsumsi ransum, penetasan telur dan pencegahan penyakit.





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Ayam Arab dan Ayam Kampung
            Ayam arab berasal dari ayam Brickel (belgia) yang telah dikawinkan dengan lokal dan dikembangkan dipulau Jawa. Pada tahun 2000 penyebaran ayam arab telah mencapai seluruh pelosok tanah air, dan dikembangkan oleh peternak-peternak lokal melalui perkawinan ayam lokal dengan ayam local setempat. Penampilan ayam arab sangat cantik, sifatnya lincah, gemar bercengkrama dan rajin bergerak, pola warna bulu sangat indah, dari kepala sampai leher, pola bulunya kecil-kecil memanjang berwarna putih. Bulu itu menutupi punggung, sayap dan kaki dengan pola warna campuran antara hitam dan rintik-rintik putih (Yaman, 2004).
            Ayam arab jantang mempunyai daya seksual yang tinggi. Prilakunya gemar kawin, jika dipelihara bersam ayam betina dalam waktu singkat segera akan dikawini. Dalam waktu 15 menit jantan ayam arab dapat 3 kali kawin (Sarwono, 2004)
Ayam hutan (Gallus Varius-Varius Linnaeus) merupakan nenek moyang ayam kampung yang umum dipelihara. Ayam huta in kemungkinan berasal dari pulau jawa, akan tetapi, saat ini ayam hutan sudah tersebar sampai kepulau nusa tenggara. Ayam kampung yang ada kini masih menurunkan sifat-sifat nenek moyangnya. Oleh karma itulah Varietas-varietas asal unggas hutan yang setengah liar ini dikenal dengan ayam kampung (Kingston, 1979).
Ayam kampung mempunyai warna yang beragam sekali, mulai dari hitam, putih, kekuningan, kecoklatan, merah tua, dan kombinasi dari warna-warna itu. Dibeberapa desa warna ayam sering dikaitkan dengan kegiatan religius atau kegiatan megic, misalnya oleh masyarakat untuk menolak bala atau bencana. Di beberapa tempat lain, warna hitam pada ayam jantan digemari sebagai ayam aduan.
Badan ayam kampung kecil, mirip dengan badan ayam ras petelur tipe ringan. Baik itu ayam penghasil telur maupun penghasil daging, badannya tidak dapat dibedakan. Ayam kampung memang tidak dibedakan atas penghasil daging dan telur, sebagai mana layaknya ayam ras. Umur empat bulan, badan ayam kampung mirip dengan mbadan ayam ras petelur tipe medium umur dua setengah bulan. Badan aym kampung yang benar-benar telah dewasa akan dapat dilihat pada babon yang telah tiga kali mengeram telurnya.

2.2  Produktivitas Ayam Arab dan Ayam Kampung
Kecepatan produksi dan pertumbuhan ayam dipengaruhi factor dalam ( hereditas ) dan factor luar ( environment ). Hal ini tergantung pada jenis ayam yang digunakan, mutu ransom, temperature lingkungan, system perkandangan dan pengendalian penyakit. Makanan dapat diberikan sesuai dengan fase pertumbuhan atau fase produksinya ( Atmodilaga, 1975 ).
Menurut Abidin 2002, kualitas atau mutu bibit unggas ( ayam ) dapat dilihat dari rendah dan tingginya laju pertumbuhan. Jika laju pertumbuhannya rendah, berarti ayam tersebut memiliki gen berdampak jelek ( kualitas rendah ) tetapi bila laju pertumbuhannya tinggi, ayam tersebut memiliki gen yang berdampak baik ( kualitas tinggi ).
Ayam arab termaksuk salah satu jenis ayam buras penghasil telur yang cukup potensial dan baru dikenal pada dua tahun terakhir. Produktivitas bertelur ayam arab cukup tinggi, yaitu mencapai 60-70% (Darmana dan Sitanggang, 2002).
            Produktifitas ayam kampung memang rendah, rata-rata pertahun hanya 60 butir. Berat dah lagi. Ayam yang sudah tidak produktif kemudian dijual untuk dikonsumsi.

2.3  Perkandangan
            Perkandangan penting artinya untuk menghindari pengaruh lingkungan yang kurang menguntungkan bagi usaha peternakan. Abidin (2002) mengatakan dengan adanya kandang penggunaan ransum untuk tujuan produksi dapat dimasuki dengan baik, dengan pula pengawasan terhadap pencegahan dan pemberantasn penyakit serta pengawasan terhadap pertumbuhan ternak dan lebih mudah dilakukan denga adanya kandang.
            Menurut Suprijatna dkk (2005) kandang berfungsi sebagai tempat tinggal bagi unggar terlindung dari pengaruh-pengaruh buruk iklim, hujan, panas dan angin serta gangguan lainnya (hewan lia dan pencurian).
Menurut darmana (2004) kandang dapat dibagi dalam beberapa jenis kandang, diantaranya :
  1. kandang Postal
didalam kandang postal, ayam dipelihara secara berkelompok.
Kebutuhan pakan dan minum disediakan sepenuhnya oleh peternak. Lebar maksimum kandang postal yang umum digunakan adalah 5 meter, panjang tidak terbatas, dan tinggi 3 meter. Umumnya, lantai kandang menggunakan litter dan sekang.
  1. kandang ren (Umbaran)
kandang ren merupakan kandang terbuka yang dikelilingi pagar dan dibagi menjadi dua bagian, yakni bagian beratap dan baguan tidak beratap. Tinggi pagar minimum 2,5 meter untuk menghindari gangguan hewan dan manusia. Kandang ini tiak perlu dibersihkan setiap hari, tetapi cukup dijaga kelembabannya.
  1. kandang baterai (cage atau individu)
didalam kandang baterai, ayam ditempatkan secara soliter (sendiri atau individu) didalam kotak yang disusun berderet atau bertingkat. Umumnya, setiap kotak memeliki lebar 25cm, panjang 40cm, dan tinggi 35cm. dinding kandang baterai biasanya terbuat dari bilahan bambu. Bahan lain yang bias digunakan adalah kawat yang tebal.



2.4 Ransum
      Ransum adalah gabungan beberpa bahan makanan yang dibuthkan untuk perkembangan ayam, ransum disebut baik, bermutu atau sempurna, apabila makanan itu mengandung semua zat-zat makanan yang diperlukan oleh ayam sebenarnya.
      Menurut Ewing (1963) imbangan protein dan energi perlu diperhatikan keadaan seimbangan. Imbangan protein dan energi yang besar menyebabkan berkurangnya kunsumsi protein sehingga pertumbuhan dapat mengalami hambatan (Suharsono, 1976). Pada dasarnya kebutuhan protein sehari-hari bagi ayam yang sedang bertumbh dibagi dalam 3 bahagian yaitu untuk pertumbuhan jaringan, untuk hidup pokok dan pertumbuhan bulu (Anggordi, 1985).

2.5  Pengontrolan Penyakit
Pada prinsipnya berbagai penyakit ayaam disebabkan oleh defisiensi atau kekurangan zat-zat makanan, penyakit ini terutama disebabkan system pemeliharaan ayam yang intensif. Sehingga bila makanan yang diberikan kwalitasnya tidak baik atau kekurangan sesuatu unsure makanan, ayam-ayam tersebut tidak dapat mencari penggantinya sendiri dari alam (Sudaryani, 2005).
      Menurut Rasyaf 2005, pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan cara desinvektan dan vaksinasi. Dalam pemeliharaan ayam penendalian penyakit harus sangat diperhatikan agar ternak unggas terhindar dari pe nyakit yang dapat menyebabkan penurunan produksi dan bisa menyebabkan kematian.








BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. kandang
            Dalam pratikum kandang yang digunakan dalam pemeliharaan ayam buras ( ayam kampung dan ayam arab ) yaitu menggunakan kandang rend an kandang baterai.

2. Ransum
            Ransum adalah campuran beberapa bahan makanan yang dibutuhkan untuk perkembangan ayam. Adapun Jenis ransum yang digunakan selama praktikum pada fase ayam produksi adalah N 524.

3. Pengendalian Penyakit
            Pengendalian penyakit dilakukan dengan penyemprotan desinfektan dan sanitasi kandang dengan pengecatan kapur pada lantai. Selama pratikum vaksinasi pada ayam masa produksi adalah vaksinasi ND Lasota injeksi dengan dosis 0,5 cc / ekor.

4. Prospek Pengembangan Ayam petelur
            Prospek agribisnis peternakan untuk ternak ayam petelur cukup baik dimana permintaan pasar selalu meningkat, sejalan dengan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi hewani. Produksi ternak ayam petelur saat ini berkembang dengan pesat dan peluang pasar yang bisa dihandalkan.
 5. Kondisi Alam
            Kondisi alam di Exfam sangat cocok digunakan sebagai tempat peternakan, dengan curah hujan yang relatif sedikit, dan tidak menyebabkan kelembaban yang tinggi, sehingga tidak mengganggu aktifitas masyarakat sekitar peternakan.
6.  Jumlah Produksi Telur Selama Praktikum
TANGGAL
KANDANG
JUMLAH TELUR
I
II
III
10
1
10
8
19
11
3
9
12
24
12
1
5
10
16
13
1
2
6
9
14
2
2
5
9
15
2
3
8
13
16
1
2
10
13
17
2
4
6
12
18
3
4
9
16
19
1
2
5
8
`20
2
6
1
9
21
3
9
1
13
22
3
10
1
14
23
3
11
1
15
24
2
11
0
13
25
2
9
0
11
26
2
9
0
11
27
1
3
0
4
28
4
6
0
10
29
3
9
0
12
30
4
7
0
11
1
2
7
0
9
2
3
8
0
11
3
3
6
0
9
4
4
6
0

5
3
7
1
11
6
0
6
0
6
7
1
9
2
12
8
0
4
1
5
9
0
8
1
9
10
1
3
3
7
11
1
7
2
10
12
0
6
2
8
13
1
5
1
7
14
1
4
1
6
15
1
9
3
13
16
1
9
3
13
17
1
7
2
10
18
2
8
3
13
19
0
7
6
13
20
2
9
5
16
21
1
9
7
17
22
2
8
4
14
23
2
6
7
15
24
2
3
7
12
25
0
7
11
18
26
0
6
6
12
27
3
10
10
23
28
2
8
11
21
29
2
8
7
17
30
3
8
7
18
31
3
8
5
16


7. Lokasi
Lokasi praktikum di kebun percobaan peternakan EXFAM, Rukoh yang merupakan tempat melakukan oraktikum bagi mahasiswa / i peternakan Unsyiah, tempat nya stategis, tidak jauh dari pemukiman penduduk tetapi tidak pernak mengganggu masyarakat sekitar, karena sanitasi lingkungan terjaga dengan melakukan desinvektan.  
















PENUTUP
           
Kesimpulan
            Dari hasil praktikum dapat di ambil kesimpulan yaitu :
  • Untuk menjaga agar lingkungan sekitar terjaga dan tidak mengganggu masyarakat  haruslah dilakukan sanitasi lingkungan.
  •  Kandang yang digunakan adalah jenis kandang ren dan kandang batterai, kandang ren digunakan pada masa produksi dan kandang batterai untuk meningkatkan hasil produksi.
  • Dalam pratikum ini ransum yang diberikan adalah N 524.
Saran
  • Lakukanlah vaksinasi tepat pada waktunya karena dapat mempengaruhi dari imunitas dari tubuh ternak.
  • Jangan melakukan desinvektan setelah melakukan vaksinasi.









DAFTAR PUSTAKA
Atmadilaga, D. 1975. Genetika Diktat Kuliah Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran, Bandung.
Anggorodi. 1985. Kemajuan Mutakhir Dalam Ilmu Makanan Ternak Unggas. UI Press.
Abidin, Z. 2002. Sistem Pemeliharaan Ayam Arab. Kanisius, Jakarta.
Darmana, W dan M. Sitanggang. 2002. Meningkatkan ProduktivitasAyam Arab Petelur. Penerbit PT. Agromedia Pustaka, Jakarat.
Darmana, W dan M. Sitanggang. 2004. Meningkatkan ProduktivitasAyam Arab Petelur. Penerbit PT. Agromedia Pustaka, Jakarat.
Ewing, R. 1963. Poutry Nutrition. 5 tahun Ed. The fay Ewing Company Publisher Pasadena. California.
Kingston, D. J; Peranan ayam Berkeliyaran di Indonesia, mimeo, Makalah diajukan dalam Proseding Seminar Perunggasan II. P3T ( Ciawi 1979 ).
Rasyaf, M. 2005. Beternak Ayam Kampung. Cetakan ke- 19, Penebar Swadaya, Jakarta.
Suharsono. 1976. Respon Broiler Terhadap berbagai Kondisi Lingkungan. Disertai Universitas Padjajaran, Bandung.
Sarwono, B. 2004. Ayam Arab Petelur Unggul. Penebar Swadaya: Jakarta.
Sudaryani, Titik. 2005. Teknik Vaksinasi dan Pengendalian Penyakit Ayam. Penebar Swadaya. Jakarta.
Suprijadna, Edjeng. Dkk. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas, Penebar Swadaya, Jakarta.
Yaman, Aman. M. 2004. Perbaikan Mutu Genetik Ayam Petelur Lokal Melalui Cross Breding dengan Menggunakan Metode Insenminasi Buatan Riset Mandiri. Universitas Syiah Kuala, Darussalam. Banda Aceh.





















No comments: