KATA
PENGANTAR
Pertama-tama
kami ingin mengucapkan puji syukur kita kehadiret tuhan yang maha esa karna
dengan limpahan rahmat serta hidayahnya sehingga kami bisa menyelesaikan
laporan ini. Solawat beserta salam kami haturkan kepada junjungan alam nabi
besar Muhammad SAW beseerta keluarga dan para sahabat semoga mendapat
ketenangan disisi Alloh SWT. Dan tak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada
semua sumber yang telah kami gunakan sebagai sumber didalam pembuatan laporan
ini.
Kami mengakui bahwa kami adalah
manusia yang mempunyai keterbatasan dalam berbagai hal. Oleh karena itu tidak
ada hal yang dapat diselesaikan dengan sangat sempurna. Begitu pula dengan
laporan ini yang telah kami selesaikan. Tidak semua hal dapat kami deskripsikan
dengan sempurna. Kami melakukannya semaksimal mungkin dengan kemampuan yang
kami miliki. Di mana kami juga memiliki keterbatasan kemampuan.
Maka dari itu seperti yang telah
dijelaskan bahwa kami memiliki keterbatasan dan juga kekurangan, kami bersedia
menerima kritik dan saran dari pembaca yang budiman. Kami akan menerima semua
kritik dan saran tersebut sebagai batu loncatan yang dapat memperbaiki laporan
kami di masa mendatang. Sehingga semoga laporan berikutnya dan laporan lain
dapat diselesaikan dengan hasil yang lebih baik.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hijauan merupakan sumber pakan utama
yang harus selalu tersedia dalam jumlah cukup dan berkualitas guna meningkatkan
produksi ternak ruminansia (sapi, kerbau, kambing, dan domba). Hijauan yang
umum diberikan untuk ruminansia adalah rumput-rumputan yang berasal dari padang
penggembalaan atau kebun rumput, tegalan, pematang, serta pinggiran jalan.
Walau demikian, masih ada sumber
pakan ternak yang belum dimanfaatkan secara optimal, yaitu limbah produksi padi
berupa jerami. Ketersediaan jerami padi cukup melimpah, namun pemanfaatannya
untuk pakan ternak belum banyak dilakukan di Indonesia. Jerami yang tersedia
umumnya tidak dalam keadaan baik untuk digunakan sebagai pakan ternak, karena
busuk dan basah terendam air sawah atau hujan.
Jerami padi merupakan hasil ikutan
pertanian terbesar di Indonesia, jumlahnya sekitar 20 juta ton per tahun.
Produksinya per hektare sawah padi bisa mencapai 12-15 ton, atau 4-5 ton bahan
kering setiap kali panen, tergantung lokasi dan varietas tanaman.
Sejauh ini, pemanfaatan jerami padi
sebagai pakan baru mencapai 31-39 %, sedangkan yang dibakar atau dikembalikan
ke tanah sebagai pupuk 36-62 %, dan sekitar 7-16 % digunakan untuk keperluan industri
(Syamsu, 2008). Oleh karena itu, jerami padi mempunyai potensi yang sangat baik
untuk dimanfaatkan menjadi makanan ternak ruminansia agar dapat meningkatkan
produktivitasnya, sehingga Swasembada daging dapat tercapai.
Penggunaan jerami padi sebagai pakan
ternak kerap dilakukan di daerah tropik, terutama pada musim kemarau. Tapi
penggunaannya itu mengalami kendala berupa nilai nutrisi yang rendah. Mulai
dari kandungan nitrogen, kalsium, hingga fosfor. Sebaliknya, kandungan serat
kasar(lignin, selulosa, dan silica) justru tinggi, sehingga mengakibatkan daya
cerna rendah dan konsumsinya menjadi terbatas.
Kandungan gizi jerami padi terdiri
atas protein kasar 4,5 %, serat kasar 35 %, lemak kasar 1,55 %, abu 16,5 %,
kalsium 0,19 %, fosfor 0,1 %, energi TDN (Total Digestible Nutrients) 43 %,
energi DE (Digestible Energ y) 1,9 kkal/kg, dan lignin yang sangat tinggi.
Jika jerami padi langsung diberikan
kepada ternak, maka daya cernanya rendah dan proses pencernaannya lambat,
sehingga total yang dimakan per satuan waktunya menjadi sedikit. Oleh karena
itu perlu melakukan suatu cara untuk meningkatkan nilai nutrisi dari jerami
padi tersebut dengan cara amoniasi.
TINJAUAN
PUSTAKA
Manfaat
dari pengolahan amoniasi adalah memotong ikatan rantai tadi dan membebaskan sellulosa
dan hemisellulosa agar dapat dimanfaatkan oleh tubuh ternak. Amoniak (NH3) yang
berasal dari urea akan bereaksi dengan jerami padi. Dalam hal ini ikatan tadi
lepas diganti mengikat NH3 , dan sellulosa serta hemisellulosa lepas (Anonimus,
1985).
Untuk menghasilkan jerami amoniasi
yang berkualitas, maka dibutuhkan bahan yang berkualitas pula. Bahan dasar dari
pembuatan jerami amoniasi ini adalah jerami padi yang tersisa setelah
pemanenan. Jerami padi yang akan diamoniasi harus memenuhi beberapa kriteria
yaitu, jerami harus dalam kondisi kering, tidak boleh terendam air sawah atau
pun air hujan, dan harus dalam keadaan baik (tidak busuk atau rusak)
(Shieddiqi, 2005).
Teknik amoniasi dapat meningkatkan
daya cerna jerami. Ternak akan lebih mudah mengonsumsi jerami hasil amoniasi
dibandingkan dengan jerami yang tidak diolah. Urea dalam proses amoniasi
berfungsi untuk menghancurkan ikatan-ikatan lignin, selulosa, dan silika yang
merupakan faktor penyebab rendahnya daya cerna jerami bagi ternak. Lignin merupakan
zat kompleks yang tidak dapat dicerna oleh ternak. Lignin ini terkandung dalam
bagian fibrosa dari akar, batang, dan daun pada tumbuhan. Jerami dan
rumput-rumput kering mengandung lignin yang sangat banyak (Chenost, 1997).
Menurut subagyo, 2008. Jerami padi
merupakan hasil ikutan pertanian terbesar di Indonesia, jumlahnya sekitar 20
juta ton per tahun.Produksinya per hektare sawah padi bisa mencapai 12-15 ton,
atau 4-5 ton bahan kering setiap kali panen, tergantung lokasi dan varietas
tanaman Sejauh ini, pemanfaatan jerami padi sebagai pakan baru mencapai 31-39
%, sedangkan yang dibakar atau dikembalikan ke tanah sebagai pupuk 36-62 %, dan
sekitar 7-16 % digunakan untuk keperluan industry.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengolahan
Jerami Padi dengan cara Fermentasi
Fermentasi
merupakan suatu cara pengolahan jerami padi secara bilogis dengan menggunakan
probiotik. Probiotik merupakan produk bioteknologi yang mengandung
polimikroorganisme, lignolitik, proteolitik, amilolitik, sellulolitik,
lipolitik dan nitrogen non simbiotik yang dapal memfermentasi jerami sehingga
dapat meningkatkan kualitas dan nilai kecernaannya. Dalam praktikum ini bahan
probiotik yang digunakan adalah tetes, superphospat dan ammonium sulfat.
3.2.
Manfaat Fermentasi
- Merubah tekstur dan warna jerami yang semula keras berubah menjadi lunak dan rapuh
- Warna berubah dari kuning kecoklatan menjadi coklat tua
- Meningkatkan kadar protein, serat kasar, energi bruto (GE), tetapi menurunkan kadar bahan ekstrak tiada nitrogen (BETN) dan dinding sel
- Meningkatkan bahan kering, bahan organik, dinding sel, nutrien tercerna total, energi tercerna, dan konsumsi bahan kering jerami padi
- NH3 cairan rumen meningkat
- Memberikan balan nitrogen yang positif
- Menghambat pertumbuhan jamur
- Memusnahkan telur cacing yang terdapat dalam jerami.
PROSES
PEMBUATAN AMONIASI JERAMI
Alat :
1.Plastik untuk fermentasi
2.Ember
3.Tali rapia
4.Timbangan
Bahan :
1.Jerami padi
2.Urea
3.Air secukupnya
1.Plastik untuk fermentasi
2.Ember
3.Tali rapia
4.Timbangan
Bahan :
1.Jerami padi
2.Urea
3.Air secukupnya
1.Menyiapakan alat dan bahan
2.Menimbang jerami padi sebanyak 850 gr BK (kadar air diperkirakan 15%) atau sebanyak 1 Kg jerami dalam bahan segar,
3.Menimbang urea sesuai dengan persentase amoniak masing-masing 1%, 2%, 3%, 4%, 5%, dan 6% dari BK jerami padi,
4.Mencampur urea dengan air secukupnya,
5.Memasukkan jerami padi ke dalam plastik dan mencampurnya dengan urea yang telah dicampur air secukupnya,
6.Memfermentasi jerami padi dalam keadaan anaerob selama ± 1 bulan,
7.Mencatat kadar air, jumlah jerami padi dan jumlah urea serta kandungan amoniak yang digunakan,
8.Memperhatikan dan mencatat perubahan yang terjadi setiap minggunya.
9.Setelah 1 bulan, hasil amoniasi dikeluarkan dari plastik,
10.Mengangin-anginkan jerami hasil amoniasi selama ± 3 hari untuk menghilangkan aroma amoniak yang menyengat, dan
11.Memperhatikan dan mencatat perbedaan hasil jerami fermentasi dengan persentase amoniak masing-masing 1%, 2%, 3%, 4%, 5%, dan 6% dari BK jerami padi.
Urea dalam proses amoniasi berfungsi
untuk menghancurkan ikatan-ikatan lignin, selulosa, dan silica yang terdapat
pada jerami, karena lignin, selulosa, dan silica merupakan faktor penyebab
rendahnya daya cerna jerami. Lignin merupakan zat kompleks yang tidak dapat
dicerna oleh ternak, terdapat pada bagian fibrosa dari akar, batang, dan daun
tanaman dalam jumlah yang banyak. Selulosa adalah suatu polisakarida yang
mempunyai formula umum seperti pati yang sebagian besar terdapat pada dinding
sel dan bagian-bagian berkayu dari tanaman. Demikian juga silica tidak dapat
dicerna oleh ternak.
Dosis Pemberian Urea
Dosis urea yang ditaburkan ke dalam
jerami jumlahnya sekira 4%-6% dari berat jerami. Dengan kata lain, setiap 100
kg jerami padi yang akan diamoniasi membutuhkan urea sebanyak 4-6 kg. Jika
dosis urea yang ditaburkan ke dalam jerami terlalu banyak, maka urea tersebut
tidak akan memberikan pengaruh signifikan terhadap nilai nutrisi pada jerami.
Dalam praktikum ini kita menggunakan
dosis urea sebesar 6% amoniak, dimana urea itu mengandung 46 % nitrogen dan
jerami yang digunakan sebesar 1 kg bahan kering.didalam menentukan besarnya
urea yang akan digunakan dalam membuat amoniasi ini dapat ditentukan malalui
perhitungan dibawah ini.
Diketahui :
- urea mengandung 46 % N
- dosis urea yang digunakan 6 %
- berat jerami 1 kg bahan kering = 1000 gr
- kandungan bahan kering jerami 90 %
- kandungan air 10 %
Banyak urea yang digunakan ?
6 % amoniak x 1000 gr jerami = 60 gr amoniak
Dalam urea = 100/46 x 60 gr amoniak=130,5 gr / kg bahan kering
Berat jerami yang digunakan dengan BK 90 % ?
Besar jerami = 100/90 x 1000 gr=1111,2 gr atau 1’2 kg jerami padi.
Jadi banyak urea yang digunakan =
130,5 gr / kg bahan kering atau 0,1305 kg / kg BK, dan banyak jerami yang
digunakan dengan kandungan air 10 % = 1111,2 gr atau 1,2 kg.
Jerami yang telah ditaburi urea
harus segera dibungkus dengan rapat. Bahan pembungkus yang digunakan biasanya
berupa lembaran plastik dengan ketebalan yang cukup memadai. Pembungkusan ini
sangat penting dilakukan agar tercipta kondisi hampa udara (an-aerob). Proses
amoniasi harus berlangsung tanpa kehadiran udara, sehingga pembungkusan harus
dilakukan secara hati-hati. Untuk mencegah kebocoran, jerami yang telah
ditaburi urea dapat dibungkus dengan lembaran plastik sebanyak dua lapis atau
lebih.
Proses Amoniasi
Teknik amoniasi dapat mengubah
jerami menjadi makanan ternak yang potensial dan berkualitas karena dapat
meningkatkan daya cerna dan kandungan proteinnya. Sejumlah negara di dunia
seperti, Tunisia, Mesir, dan Algeria telah melakukan teknik amoniasi jerami
padi ini sejak lebih dari 15 tahun yang lalu. Prinsip dalam teknik amoniasi ini
adalah penggunaan urea sebagai sumber amoniak yang dicampurkan ke dalam jerami.
Urea yang akan dicampurkan tersebut dapat dilarutkan ke dalam air terlebih
dahulu (cara basah) atau langsung ditaburkan pada setiap lapisan jerami yang akan
diamoniasi (cara kering). Pencampuran urea dengan jerami harus dilakukan dalam
kondisi hampa udara (an-aerob) dan proses amoniasi jerami ini memerlukan
penyimpanan selama satu bulan.
Teknik amoniasi dapat meningkatkan
daya cerna jerami. Ternak akan lebih mudah mengonsumsi jerami hasil amoniasi
dibandingkan dengan jerami yang tidak diolah. Urea dalam proses amoniasi
berfungsi untuk menghancurkan ikatan-ikatan lignin, selulosa, dan silika yang
merupakan faktor penyebab rendahnya daya cerna jerami bagi ternak. Lignin
merupakan zat kompleks yang tidak dapat dicerna oleh ternak. Lignin ini
terkandung dalam bagian fibrosa dari akar, batang, dan daun pada tumbuhan.
Jerami dan rumput-rumput kering mengandung lignin yang sangat banyak.
Selulosa adalah suatu polisakarida
yang mempunyai formula umum seperti pati. Terdapat sebagian besar dalam dinding
sel dan bagian-bagian berkayu dari tumbuh-tumbuhan. Kapas hampir merupakan
selulosa murni. Selulosa tidak dapat dicerna dan tidak dapat digunakan sebagai
bahan makanan kecuali pada hewan ruminansia (sapi, domba, dan kambing) yang
mempunyai mikroorganisme selulotik dalam rumennya. Mikroba tersebut dapat
mencerna selulosa dan memungkinkan hasil akhir dari pencernaan bermanfaat bagi
si hewan.
Hasil Analisa Laboratorium Amoniasi Urea Jerami Padi
Jerami Padi
Tanpa Amoniasi
|
Jerami Padi
Teramoniasi
|
|
Protein Kasar (%)
|
3,45
|
6,66
|
Lemak (%)
|
1,20
|
1,21
|
Serat Kasar (%)
|
33,02
|
35,19
|
BETN
|
37,27
|
31,76
|
Abu
|
25,06
|
25,18
|
Kandungan Dinding Sel
(NDF) (%)
|
79,80
|
75,09
|
Energi Bruto (GE)
(Kcal/kg)
|
3539,48
|
3927,36
|
Kecernaan Zat-zat Makanan Jerami Padi
Kecernaan
|
Jerami Padi
Tanpa Amoniasi
|
Jerami Padi
Teramoniasi
|
Bahan Kering (%)
|
40,65
|
50,09
|
Bahan Organik (%)
|
50,57
|
60,51
|
Dnding Sel/NDF (%)
|
46,51
|
60,51
|
Nutrien tercerna total/
TDN (%)
|
38,59
|
46,37
|
Energi Tercerna/DE
(Kcal/g)
|
1,45
|
1,99
|
Sumber: Chuzaemi, S. dan Soejono, M. (1987)
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Amoniasi
Untuk
menghasilkan jerami amoniasi yang berkualitas, maka dibutuhkan bahan yang
berkualitas pula. Bahan dasar dari pembuatan jerami amoniasi ini adalah jerami
padi yang tersisa setelah pemanenan. Jerami padi yang akan diamoniasi harus
memenuhi beberapa kriteria yaitu, jerami harus dalam kondisi kering, tidak
boleh terendam air sawah atau pun air hujan, dan harus dalam keadaan baik
(tidak busuk atau rusak). Jika telah diperoleh bahan jerami yang berkualitas,
maka langkah selanjutnya adalah penimbangan dan pengikatan. Penimbangan
dilakukan agar diperoleh jerami amoniasi yang sesuai dengan kebutuhan peternak.
Sebelum diikat, jerami harus dimasukkan terlebih dahulu ke dalam kotak kayu
berbentuk balok dengan tinggi sekira 50 cm. Kotak kayu tersebut berfungsi untuk
mengemas jerami menjadi padat dan berbentuk balok sehingga akan memudahkan
penanganan. Setelah diikat, jerami tersebut dapat dikeluarkan kembali dari
kotak kayu.
Manfaat Amoniasi
Manfaat dari pengolahan amoniasi
adalah memotong ikatan rantai tadi dan membebaskan sellulosa dan hemisellulosa
agar dapat dimanfaatkan oleh tubuh ternak. Amoniak (NH3) yang berasal dari urea
akan bereaksi dengan jerami padi. Dalam hal ini ikatan tadi lepas diganti
mengikat NH3 , dan sellulosa serta hemisellulosa lepas (Anonimus, 1985). Ini
semua berakibat pada kecernaan meningkat, juga kadar protein jerami padi
meningkat; NH3 yang terikat berubah menjadi senyawa sumber protein. Dengan
demikian keuntungan amoniasi adalah kecernaan meningkat, protein jerami
meningkat, menghambat pertumbuhan jamur dan memusnahkan telur cacing yang
terdapat dalam jerami.
Teknik amoniasi dapat meningkatkan
kualitas gizi jerami padi agar dapat bermanfaat bagi ternak. Teknik amoniasi
ini dapat menambah kadar protein kasar (crude protein) dalam jerami. Kadar
protein kasar tersebut diperoleh dari amoniak di dalam urea yang berperan dalam
memuaikan serat selulosa. Pemuaian ini memudahkan penetrasi enzim selulosa dan
meningkatkan kandungan protein kasar melalui peresapan nitrogen dalam urea.
Jerami padi yang telah diamoniasi memiliki nilai energi yang lebih besar
dibandingkan jerami yang tidak diolah. Proses amoniasi sangat efektif dalam
menghilangkan alfatoksin dalam jerami. Jerami yang telah diamoniasi akan
terbebas dari kontaminasi mikroorganisme jika jerami tersebut telah diolah
dengan mengikuti prosedur yang benar secara hati-hati.
KESIMPULAN
Fermentasi
merupakan suatu cara pengolahan jerami padi secara bilogis dengan menggunakan
probiotik. Probiotik merupakan produk bioteknologi yang mengandung
polimikroorganisme, lignolitik, proteolitik, amilolitik, sellulolitik,
lipolitik dan nitrogen non simbiotik yang dapal memfermentasi jerami sehingga
dapat meningkatkan kualitas dan nilai kecernaannya. Dalam praktikum ini bahan
probiotik yang digunakan adalah tetes, superphospat dan ammonium sulfat.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonimus.1985. Teknik Pengolahan Pakan Ternak Jerami. Direktorat Bina Produksi Peternakan. Ditjen Peternakan. Departemen Pertanian. Jakarta.
Chenost.1997. Teknologi Penglahan Jerami Padi Sebagai Pakan Ternak. Dian Grahita bandung.
Shiddieqy, M. Ikhsan . 2005. Pakan Ternak Jerami Olahan .Mahasiswa Departemen Produksi Ternak, Fakultas Peternakan Unpad.
Subagyo. 2008. Amoniasi Jerami.(12/02/2008)
No comments:
Post a Comment